Senin, 08 Desember 2014

Penyuluhan Tentang Fermentasi Gedebog Pisang Sebagai Pakan Alternative Ternak Ruminansia

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Tumpang adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Lokasinya terletak di sebelah selatan Kota Malang. Kecamatan Karangploso di daerah Kabupaten Malang adalah salah satu daerah yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan peternak.
            Upaya pengembangan ternak Ruminansia pada kawasan yang terintegrasi dengan sistem pertanian tanaman pangan memberikan peluang yang sangat besar bagi produksi Sapi dalam Pembangunan sub sektor peternakan khususnya peternakan ruminansia tidak lepas dari penyediaan pakan hijauan secara kontinyu sepanjang tahun guna menunjang produktivitas ternak yang tinggi. Dalam manajemen budidaya ternak, pakan merupakan kebutuhan tertinggi yaitu kurang lebih 60-70 % dari seluruh biaya produksi. (Dwi lestari)
Salah satunya integrasi pisang dengan rumput unggul dengan produktivitas cukuh tinggi (Mansyur, dkk., 2007). Tanaman pisang (Musa paradisiacal) merupakan salah satu jenis tanaman pangan yang dapat dikembangkan dengan Sistem Integrasi Tanaman Ternak (SITT) karena didalam lorong diantara tanaman pisang dapat ditanam jenis hijauan unggul sehingga lahan pertanian terbentuk menjadi sistem pertanaman Pisang pastura, jagung (Zea mays) (Rukmana, 1997)
. Selama proses budidaya tanaman pisang berlangsung dapat diperoleh hasil samping berupa batang, daun, buah afkir (undergrade) dan anakan tanaman hasil penjarangan yang potensinya cukup baik digunakan sebagai komponen ransum Ruminansia (Nourhayati dkk., 2000).
            Salah satu material organik yang dikeluarkan dari proses budidaya tanaman pisang dan memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai komponen ransum sapi adalah batang pisang sisa panen. Kelemahan batang pisang sebagai bahan pakan untuk ternak sapi  jika diberikan secara langsung dalam bentuk alami adalah nilai palatabilitas yang rendah, adanya tannin suatu senyawa phenol yang akan mengganggu kecernaan bahan organik, khususnya protein dengan terbentuknya ikatan kompleks tannin–protein berlebihan yang sulit dicerna didalam sistem pencernaan kambing, dan kandungan serat kasar yang tinggi. Salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk mengatasi kendala pemanfaatan batang pisang sebagai komponen ransum sapi adalah aplikasi teknologi bioproses dengan metode fermentasi anaerob (ensilage) dengan hasil akhir berbentuk silase batang pisang.
            Produk hasil bioproses seperti silase dari bahan tunggal dengan kandungan serat kasar tinggi umumnya masih memiliki nilai nutrisi yang relatif belum mencukupi kebutuhan zat makanan untuk produksi sapi yang maksimal, sehingga dalam proses fermentasinya harus dilakukan pengkayaan (enrichment) zat makanan untuk meningkatkan nilai manfaatnya. Bahan pakan produk tanaman pangan yang dapat ditambahkan diantaranya adalah umbi singkong dan biji jagung. Kedua jenis bahan pakan ini memiliki nilai nutrisi yang cukup baik dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat untuk sapi yang dipelihara untuk tujuan produksi daging karena kedua jenis bahan pakan ini mengandung tiga per empat bagian pati yang sangat dibutuhkan dalam ransum kambing penggemukan (fattening). Kualitas produk fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang digunakan. Kadar protein produk fermentasi umbi singkong menggunakan Aspergillus niger lebih baik dibandingkan dengan Rhizopus oligosporus (Ginting, 2009).
Persaingan penggunaan lahan dewasa ini menyebabkan terbatasnya lahan untuk penanaman hijauan pakan ternak, sehingga ternak sebagai komoditi pemenuhan kebutuhan protein hewani sering mengalami kekurangan pakan terutama pada musim kemarau. Berbagai upaya dilakukan untuk mendapatkan berbagai macam bahan pakan yang baru yang dapat digunakan sebagai pakan alternatif yang relatif murah, mudah didapat dan kandungan nutriennya baik dengan tidak mengabaikan lahan untuk kebutuhan pangan. Salah satu pakan alternatif tersebut adalah limbah perhutanan, pertanian, dan perkebunan seperti guguran daun jati, gedebok pisang

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan, selama ini masyarakat di Kecamatan Tumpang  belum pengoptimalkan hasil atau sisa hasil perkebunan mereka secara optimal, sehingga limbah pohon pisang dibiarkan begitu saja. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan limbah pohon pisang (gedebok) tersebut menjadi bahan pakan alternatif untuk ternak rumiansia khususnya ternak Sapi

1.3  Tujuan
Penyuluhan ini bertujuan antara lain untuk bahan informasi dan kajian ilmiah tentang bagaimana cara pembuatan silase dari gedebok pisang serta cara pengaplikasian secara tepat pada ternak untuk pemamfaatan limbah pertanian dan mempe  rkecil biaya produksi.



.

1.4   Manfaat
Hasil penyuluhan diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan para peternak dan dapat meningkatkan pendapatan peternak di Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang.


















BAB II
GAMBARAN UMUM PENYULUHAN

2.1       Gambaran Umum Kegiatan Penyuluhan
Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai daerah-daerah yang berpotensial untuk pengembangan di bidang pertanian dan peternakan. Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang, Jawa Timur merupakan salah satu daerah yang memiliki lahan perkebunan yang cukup luas. Di Kecamatan Tumpang ini gedebok pisang kurang dapat dimanfaatkan dengan baik oleh warga masyarakat karena dianggap kurang mempunyai manfaat.
Di Indonesia,  pakan yang umum diberikan oleh para peternak Rumiansia adalah rumput. Rumput sepertinya sudah menjadi primadona sejak lama untuk jadi pakan menu wajib ternak rumiansia.  Sekarang saatnya kita memperbaharui jenis pakan primadona tersebut dengan pakan berkualitas agar tumbuh dan kembang ternak kita menjadi optimal.  Sebagai referensi coba kita lihat kualitas dari beberapa jenis pakan yang sering para peternak pakai.  Kandungan nutrisi yang terdapat dalam rumput dan tumbuhan lain tersebut  dapat kita lihat dalam Tabel Kandungan Nutrisi Hijauan Legimunosa
Gedebok atau batang pisang merupakan salah satu bagian dari pohon pisang yang kurang dimanfaatkan dan dianggap sebagai limbah perkebunan. Gedebok umumnya dibuang setelah pemanenan buah pisang. Pengolahan gedebok pisang sebagai bahan pakan untuk ternak ruminansia diharapkan dapat menjadi terobosan bagi para peternak agar dapat meminimalkan biaya untuk pembelian pakan serta dapat mengurangi tenaga kerja karena tidak perlu merumput untuk mendapatkan pakan ternak mereka. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu upaya penyuluhan tentang pengolahan gedebok pisang yang dapat digunakan sebgai bahan pakan alternatif untuk ternak.
2.2       Gambaran Umum Masyarakat Penyuluhan
            Tumpang adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Lokasinya terletak di sebelah selatan Kota Malang. Kecamatan Tumpang di daerah Kabupaten Malang adalah salah satu daerah yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan peternak, namun juga tidak bisa disangkal bahwa akhir-akhir ini jumlahnya semakin berkurang seiring dengan bertambahnya jumlah pabrik-pabrik. Hal tersebut jelas memengaruhi terhadap kehidupan bersosial masyarakat di sana terutama generasi mudanya, mereka lebih cenderung bekerja di pabrik dibandingkan dengan bertani dan beternak. Namun tidak semua masyarakat di daerah tersebut hanya menggantungkan hidupnya dari bertani dan buruh pabrik, banyak juga yang berprofesi sebagai peternak Sapi. Potensi tanaman pisang yang ada di kecamatan karangploso sangat besar, sehingga akan sangat memungkinkan untuk digunakan sebagai bahan pakan ternak.
Peternakan kambing yang ada di Tumpang juga sudah menunjukkan perkembangan yang sangat sejak mereka bergabung dengan kelompok peternak, guna untuk berbagi informasi, saling bertukar pikiran, serta berbagi ilmu pengetahuan. Keberadaan kelompok ternak ini ternyata juga sudah populer bagi masyarakat Tumpang terutama yang berprofesi sebagai peternak Sapi maupun lainnya, karena dari situlah mereka bisa mendapatkan penghasilan dari usahanya sebagai peternak.




















BAB III
METODE PENYULUHAN

3.1       Metode Pelaksanaan
            Metode pelaksanaan program ini melalui tahapan sebagai berikut :
a.       Perijinan
Perijinan adalah faktor yang sangat penting guna untuk memperlancar jalannya penyuluhan yang diadakan. Selain itu merupakan suatu syarat legalitas apabila kita akan melakukan kegiatan di suatu lokasi tertentu.
b.      Proses perijinan
Proses perijinan dimulai dengan pembuatan surat ijin akan diadakannya penyuluhan yang ditujukan untuk Kepala Desa maupun Kepala Kecamatan daerah tersebut. Surat ijin berisi uraian dari kegiatan penyuluahan tersebut, baik dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan, dan waktu dari kegiatan penyuluhan.
c.         Persiapan alat dan bahan
Persiapan alat dan bahan dilakukan agar proses pembuatan silase dari gedebok pisang dapat berjalan dengan lancar, serta dapat meminimalisir terjadinya kegagalan dalam pembuatan silase.
d.        Pelaksanaan Penyuluhan
Penyuluhan dilakukan setelah tahap-tahap diatas telah dilaksanakan. Estimasi waktu yang dibutuhkan adalah sekitar 1 minggu.
e.       Evaluasi hasil penyuluhan
Evaluasi dilakukan untuk mengukur tingkat keberhasilan dari kegiatan penyuluhan yang telah dilaksanakan.
Jadwal kegiatan penyuluhan ini akan dilakukan selama 5 minggu.
Kegiatan
Minggu ke -
1
2
3
4
5
Persiapan penyuluhan





Perijinan





Persiapan alat dan bahan





Pelaksanaan penyuluhan





Evaluasi hasil penyuluhan








3.2       Gambaran Teknologi
            Silase adalah hijauan makanan ternak ataupun limbah pertanian yang diawetkan dalam keadaan segar (dengan kandungan air 60-70 %) melalui proses fermentasi dalam silo. Silo dapat dibuat diatas tanah yang bahannya berasal dari: tanah, beton, baja, anyaman bambu, tong plastik, drum bekas dan lain sebagainya. Pengawetan hijauan merupakan bagian dari sistem produksi ternak.
            Pengawetan hijauan dengan pembuatan silase bertujuan agar pemberian hijauan sebagai pakan ternak dapat berlangsung secara merata sepanjang tahun, untuk mengatasi kekurangan pakan di musim paceklik harus dilaksanakan pengawetan. Tanaman mempunyai kecepatan tumbuh yang besar di musim penghujan, jadi ketersediaan hijauan ataupun limbah hasil pertanian pada musim tersebut akan berlimpah (jerami padi, limbahn tanaman jagung, kacang-kacangan). Fungsi pengawetan akan tercapai bila setelah hijauan ataupun limbah pertanian dipanen segera dilakukan pencacahan baik dengan golok atau chopper rumput (Darmawan, 2006), karena menurut Suliantri (1975) hal ini merupakan upaya agar proses respirasi yang terjadi pada sel tanaman segera terputus dan berhenti. Tujuannya adalah agar kandungan air hijauan dapat mencapai titik dimana aktivitas air dalam sel tanaman dapat mencegah perkembangan mikroba (Parakkasi, 1995). Menurut Stanbury (1984) pengawetan tersebut akan berdampak pada keadaan fisik serta komposisi kimia hijauan tersebut antara lain dengan kehilangan sebagian dari zat makanan (gizi tanaman/nutrien) yang nantinya akan berdampak pada nilai
nutrisi hijauan tersebut.
            Prinsip pembuatan silase yaitu usaha untuk mencapai dan mempercepat :
·         Keadaan hampa udara (anaerob).
·         Terbentuk suasana asam dalam penyimpanan (terbentuk asam laktat).
Untuk mendapatkan suasana anaerob dikerjakan dengan cara :
·         Pemadatan bahan silase (hijauan) yang telah dicacah dengan cara
·         ditekan, baik dengan menggunakan alat atau diinjak-injak sehingga udara
·         sekecil mungkin (minimal).
·         Tempat penyimpanan (silo) jangan ada kebocoran dan harus tertutup rapat yang diberi pemberat.

·         Pembentukan suasana asam dilakukan dengan cara penambahan bahan pengawet atau bahan imbuhan (additif) secara langsung dan tidak langsung. Menurut Susetyo (1969), pemberian bahan pengawet secara langsung dengan menggunakan:
·         Natrium bisulfat
·         Sulfur oxida
·         Asam chlorida
·         Asam sulfat
·         Asam propionat.
            Berikut ini adalah alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan fermentasi gedebok pisang :
Ø  Alat :                                             
·         Parang / Golok
·         Ember / Bak ukuran besar
·         Gayung
·         Alas Terpal
·         Drum plastik

Ø  Bahan-bahan :
·         15 Kg Gedebok (tercacah)
·         1 sendok gula pasir
·         1 Sachet kecap manis
·         1 tutup botol SOC (Suplement Organik Cair)
·         5 Kg Bekatul

            Pembuatan fermentasi gedebok pisang dimulai dengan memotong kecil-kecil gedebog pisang agar kambing dapat memakan dan mencerna lebih mudah, selanjutnya kumpulkan jadi satu di plastik/terpal dan aduk rata dengan bekatul. Tuangkan dan campuran larutan SOC 1 tutup botol, 1 sachet kecap manis, dan 1 sendok makan gula pasir  ke dalam wadah plastik aduk hingga rata. Tuangkan larutan SOC yang telah diaduk rata dengan bahan lainnya ke dalam campuran gedebog dan bekatul. Masukan semua campuran gedebog pisang, bekatul/dedak yang telah dituang larutan SOC, kecap,dan gula pasir ke dalam ember besar/wadah plastik  dan tutup rapat ember besar/wadah plastiknya. Proses fermentasi paling cepat 2 jam sampai 4 jam. setelah melalui proses fermentasi maka gedebog pisang siap diberikan ke kambing sebagai pakan ternak.




3.3Total Pengeluaran Pembuatan Fermentasi Gedebog:

No
Nama alat dan bahan
jumlah
Harga
Bertahan
1
 Parang / Golok
1
Rp .3000
2th
2
  Ember / Bak ukuran besar
1
Rp. 15.000
2th
3
Gayung
1
Rp.3.000
2th
4
 Alas Terpal
1
Rp.20000
2th
5
  Drum plastik
1
Rp.20000
2th
6
        Gedebok (tercacah)
15kg
Rp.3.750
1x proses
7
 gula pasir
1 sendok
Rp.200
1x proses
8
 1 Sachet kecap manis
1 sachet
Rp.2000
1x proses
9
 SOC (Suplement Organik Cair)
1 tutup botol
Rp.2000
1x proses
10
  Bekatul
5kg bekatul
Rp.11.250
1x proses
Total
        

Rp.43.215,-














 MANFAAT PAKAN HASIL FERMENTASI BASAH
  • Pakan hasil fermentasi akan lebih mudah dicerna sehingga penyerapan nutrisi bisa optimal
  • Dengan pola ini, kebutuhan nutrisi dalam pakan sudah terpenuhi sehingga pertumbuhan ternak akan lebih cepat dibandingkan dengan diberi pakan biasa (rumput), biasanya pertumbuhan 2 – 4 kali meningkat dibandingkan pakan biasa. Rata-rata 2,5 – 14 kg/minggu, sedangkan tanpa SOC rata-rata 2,5 kg/bulan.
  • Daging ternak tidak banyak mengandung lemak karena komposisi pakan sudah ideal
  • Nutrisi pakan berupa vitamin tercukupi dengan adanya kandungan SOC HCS dalam pakan
  • Limbah kotoran ternak tidak bau seperti kalau diberi pakan biasa. Dengan demikian lingkungan akan tetap sehat.  Silahkan bandingkan….
  • Menghilangkan kebiasaan mencari rumput atau ngarit dan angon.


3.4       Media Penyuluhan
            Media yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah media presentasi. Media presentasi ini digunakan untuk menjelaskan secara teoritis bagaimana pembuatan silase dari gedebok pisang, dan selanjutnya dilakukan demonstrasi pembuatan silase dari gedebok pisang. Demonstrasi ini bertujuan untuk menunjukkan bagaimana cara yang benar dalam pembuatan silase dari gedebok pisang sesuai dengan teori yang telah dijelaskan sebelumnya.










DAFTAR PUSTAKA
Ginting, S.P. 2009. Prospek Penggunaan Pakan Komplit pada Kambing: Tinjauan Manfaat dan Prospek Bentuk Fisik Pakan serta Respon Ternak. Lokal Penelitian Kambing Potong. Sumatra Utara.
Darmawan. 2006. Pengaruh Kulit Umbi Ketela Pohon Fermentasi terhadap Tampilan kambing kacang Jantan. Jurnal Ilmiah Ilmu – Ilmu Peternakan Vol IX.(2).
Mansyur dan T. Dhalika, 2005. Analisis Vegetasi Hijauan Kebun Pisang. Jurnal Ilmu Ternak. 5 (2) : 22 – 27.
Mansyur dkk,. 2007. Produktivitas Rumput Bede (Brachiaria ducumben) di bawah Naungan Perkebunan Pisang. Jurnal Ilmiah Ilmu Peternakan. X (2) Mei 2007. Hal 70-76.
Nurhayani H.Muhiddin, Nuryati Juli dan I Nyoman P Aryantha,(2000) ”Peningkatan Kandungan Protein Kulit Umbi Ubi Kayu Melalui Proses Fermentasi ”JMS vol 6.
Suliantri dan Rahayu , 1975. Teknologi Fermentasi Umbi dan Biji. Kanisius Yogyakarta
Parakkasi, A. 1995. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. UI Press. Jakarta.
P.F Stanbury, A. Whitaker dan S.J Hall, (1984) ”  Principle of Fermentation Technology” Second Edition , Butterworth-Heinemann.
Rukmana H.rahmat, 1997. Ubi Kayu Budi Daya dan pascapanen. Kanisus Yogyakarta.
Susetyo, S., I. Kismono., D. Soewardi. 1969. Hijauan Makanan Ternak. Direktorat Jenderal Peternakan, Jakarta.http://duniaternak.com/mahasiswa-ugm-latih-cara-buat-pakan-ternak-dari-gedebok-pisang/