BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tumpang adalah sebuah
kecamatan di Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Lokasinya
terletak di sebelah selatan
Kota Malang. Kecamatan Karangploso di daerah Kabupaten Malang adalah salah satu
daerah yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan
peternak.
Upaya
pengembangan ternak Ruminansia pada
kawasan yang terintegrasi dengan sistem pertanian tanaman pangan memberikan
peluang yang sangat besar bagi produksi Sapi
dalam Pembangunan sub sektor peternakan khususnya peternakan
ruminansia tidak lepas dari penyediaan pakan hijauan secara kontinyu sepanjang
tahun guna menunjang produktivitas ternak yang tinggi. Dalam manajemen budidaya
ternak, pakan merupakan kebutuhan tertinggi yaitu kurang lebih 60-70 % dari
seluruh biaya produksi. (Dwi
lestari)
Salah satunya
integrasi pisang dengan rumput unggul dengan produktivitas cukuh tinggi
(Mansyur, dkk., 2007). Tanaman pisang (Musa
paradisiacal) merupakan salah satu jenis tanaman pangan yang dapat
dikembangkan dengan Sistem Integrasi Tanaman Ternak (SITT) karena didalam
lorong diantara tanaman pisang dapat ditanam jenis hijauan unggul sehingga
lahan pertanian terbentuk menjadi sistem pertanaman Pisang pastura, jagung (Zea mays) (Rukmana, 1997)
. Selama proses
budidaya tanaman pisang berlangsung dapat diperoleh hasil samping berupa
batang, daun, buah afkir (undergrade)
dan anakan tanaman hasil penjarangan yang potensinya cukup baik digunakan
sebagai komponen ransum Ruminansia
(Nourhayati dkk., 2000).
Salah
satu material organik yang dikeluarkan dari proses budidaya tanaman pisang dan
memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai komponen ransum sapi adalah batang pisang
sisa panen. Kelemahan batang pisang sebagai bahan pakan untuk ternak sapi jika diberikan secara langsung dalam bentuk
alami adalah nilai palatabilitas yang rendah, adanya tannin suatu senyawa phenol
yang akan mengganggu kecernaan bahan organik, khususnya protein dengan
terbentuknya ikatan kompleks tannin–protein
berlebihan yang sulit dicerna didalam sistem pencernaan kambing, dan kandungan
serat kasar yang tinggi. Salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk
mengatasi kendala pemanfaatan batang pisang sebagai komponen ransum sapi adalah aplikasi
teknologi bioproses dengan metode fermentasi anaerob (ensilage) dengan hasil akhir berbentuk silase batang pisang.
Produk
hasil bioproses seperti silase dari bahan tunggal dengan kandungan serat kasar
tinggi umumnya masih memiliki nilai nutrisi yang relatif belum mencukupi
kebutuhan zat makanan untuk produksi sapi
yang maksimal, sehingga dalam proses fermentasinya harus dilakukan pengkayaan (enrichment) zat makanan untuk
meningkatkan nilai manfaatnya. Bahan pakan produk tanaman pangan yang dapat
ditambahkan diantaranya adalah umbi singkong dan biji jagung. Kedua jenis bahan
pakan ini memiliki nilai nutrisi yang cukup baik dan dapat dimanfaatkan sebagai
sumber karbohidrat untuk sapi
yang dipelihara untuk tujuan produksi daging karena kedua jenis bahan pakan ini
mengandung tiga per empat bagian pati yang sangat dibutuhkan dalam ransum kambing
penggemukan (fattening). Kualitas
produk fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang
digunakan. Kadar protein produk fermentasi umbi singkong menggunakan Aspergillus niger lebih baik
dibandingkan dengan Rhizopus oligosporus
(Ginting, 2009).
Persaingan
penggunaan lahan dewasa ini menyebabkan terbatasnya lahan untuk penanaman hijauan pakan
ternak, sehingga ternak sebagai komoditi pemenuhan kebutuhan protein
hewani sering mengalami kekurangan pakan terutama pada musim kemarau. Berbagai
upaya dilakukan untuk mendapatkan berbagai macam bahan pakan yang baru yang
dapat digunakan sebagai pakan alternatif yang relatif murah, mudah didapat dan
kandungan nutriennya baik dengan tidak mengabaikan lahan untuk kebutuhan
pangan. Salah satu pakan alternatif tersebut adalah limbah perhutanan,
pertanian, dan perkebunan seperti guguran daun jati, gedebok pisang
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan, selama ini
masyarakat di Kecamatan Tumpang belum pengoptimalkan hasil atau sisa hasil
perkebunan mereka secara optimal, sehingga limbah pohon pisang dibiarkan begitu
saja. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan limbah pohon pisang
(gedebok) tersebut menjadi bahan pakan alternatif untuk ternak rumiansia khususnya ternak Sapi
1.3
Tujuan
Penyuluhan ini
bertujuan antara lain untuk bahan informasi dan kajian ilmiah tentang bagaimana
cara pembuatan silase dari gedebok pisang serta cara pengaplikasian secara
tepat pada ternak untuk
pemamfaatan limbah pertanian dan mempe rkecil
biaya produksi.
.
1.4
Manfaat
Hasil penyuluhan diharapkan dapat menjadi tambahan
pengetahuan para peternak dan dapat meningkatkan pendapatan peternak di
Kecamatan Tumpang
Kabupaten Malang.
BAB
II
GAMBARAN
UMUM PENYULUHAN
2.1 Gambaran Umum Kegiatan Penyuluhan
Indonesia
merupakan negara agraris yang mempunyai daerah-daerah yang berpotensial untuk
pengembangan di bidang pertanian dan peternakan. Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang, Jawa
Timur merupakan salah satu daerah yang memiliki lahan perkebunan yang cukup luas.
Di Kecamatan Tumpang
ini gedebok pisang kurang dapat dimanfaatkan dengan baik oleh warga masyarakat
karena dianggap kurang mempunyai manfaat.
Di Indonesia, pakan yang umum
diberikan oleh para peternak Rumiansia adalah rumput. Rumput sepertinya sudah menjadi
primadona sejak lama untuk jadi pakan menu wajib ternak rumiansia. Sekarang saatnya kita memperbaharui jenis pakan
primadona tersebut dengan pakan berkualitas agar tumbuh dan kembang ternak kita
menjadi optimal. Sebagai referensi coba kita lihat kualitas dari beberapa
jenis pakan yang sering para peternak pakai. Kandungan nutrisi yang
terdapat dalam rumput dan tumbuhan lain tersebut
dapat kita lihat dalam Tabel Kandungan Nutrisi Hijauan Legimunosa
Gedebok
atau batang pisang merupakan salah satu bagian dari pohon pisang yang kurang
dimanfaatkan dan dianggap sebagai limbah perkebunan. Gedebok umumnya dibuang
setelah pemanenan buah pisang. Pengolahan gedebok pisang sebagai bahan pakan
untuk ternak ruminansia
diharapkan dapat menjadi terobosan bagi para peternak agar dapat meminimalkan
biaya untuk pembelian pakan serta dapat mengurangi tenaga kerja karena tidak
perlu merumput untuk mendapatkan pakan ternak mereka. Oleh karena itu, perlu
dilakukan suatu upaya penyuluhan tentang pengolahan gedebok pisang yang dapat
digunakan sebgai bahan pakan alternatif untuk ternak.
2.2 Gambaran Umum Masyarakat Penyuluhan
Tumpang adalah sebuah kecamatan di Kabupaten
Malang, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Lokasinya terletak di sebelah selatan Kota Malang. Kecamatan
Tumpang di daerah Kabupaten
Malang adalah salah satu daerah yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian
sebagai petani dan peternak, namun juga tidak bisa disangkal bahwa akhir-akhir
ini jumlahnya semakin berkurang seiring dengan bertambahnya jumlah
pabrik-pabrik. Hal tersebut jelas memengaruhi terhadap kehidupan bersosial
masyarakat di sana terutama generasi mudanya, mereka lebih cenderung bekerja di
pabrik dibandingkan dengan bertani dan beternak. Namun tidak semua masyarakat
di daerah tersebut hanya menggantungkan hidupnya dari bertani dan buruh pabrik,
banyak juga yang berprofesi sebagai peternak Sapi. Potensi tanaman pisang yang ada di
kecamatan karangploso sangat besar, sehingga akan sangat memungkinkan untuk
digunakan sebagai bahan pakan ternak.
Peternakan
kambing yang ada di Tumpang
juga sudah menunjukkan perkembangan yang sangat sejak mereka bergabung dengan kelompok
peternak, guna untuk berbagi informasi, saling bertukar pikiran, serta berbagi
ilmu pengetahuan. Keberadaan kelompok ternak ini ternyata juga sudah populer
bagi masyarakat Tumpang
terutama yang berprofesi sebagai peternak Sapi
maupun lainnya, karena dari situlah mereka bisa mendapatkan
penghasilan dari usahanya sebagai peternak.
BAB
III
METODE
PENYULUHAN
3.1 Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan program ini
melalui tahapan sebagai berikut :
a. Perijinan
Perijinan
adalah faktor yang sangat penting guna untuk memperlancar jalannya penyuluhan
yang diadakan. Selain itu merupakan suatu syarat legalitas apabila kita akan
melakukan kegiatan di suatu lokasi tertentu.
b. Proses
perijinan
Proses perijinan
dimulai dengan pembuatan surat ijin akan diadakannya penyuluhan yang ditujukan
untuk Kepala Desa maupun Kepala Kecamatan daerah tersebut. Surat ijin berisi
uraian dari kegiatan penyuluahan tersebut, baik dari latar belakang, perumusan
masalah, tujuan, dan waktu dari kegiatan penyuluhan.
c.
Persiapan alat dan
bahan
Persiapan
alat dan bahan dilakukan agar proses pembuatan silase dari gedebok pisang dapat
berjalan dengan lancar, serta dapat meminimalisir terjadinya kegagalan dalam
pembuatan silase.
d.
Pelaksanaan Penyuluhan
Penyuluhan
dilakukan setelah tahap-tahap diatas telah dilaksanakan. Estimasi waktu yang
dibutuhkan adalah sekitar 1 minggu.
e. Evaluasi
hasil penyuluhan
Evaluasi
dilakukan untuk mengukur tingkat keberhasilan dari kegiatan penyuluhan yang
telah dilaksanakan.
Jadwal kegiatan penyuluhan ini akan
dilakukan selama 5 minggu.
Kegiatan
|
Minggu ke -
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
Persiapan
penyuluhan
|
|
|
|
|
|
Perijinan
|
|
|
|
|
|
Persiapan
alat dan bahan
|
|
|
|
|
|
Pelaksanaan
penyuluhan
|
|
|
|
|
|
Evaluasi
hasil penyuluhan
|
|
|
|
|
|
3.2 Gambaran Teknologi
Silase
adalah hijauan makanan ternak ataupun limbah pertanian yang diawetkan dalam
keadaan segar (dengan kandungan air 60-70 %) melalui proses fermentasi dalam
silo. Silo dapat dibuat diatas tanah yang bahannya berasal dari: tanah, beton,
baja, anyaman bambu, tong plastik, drum bekas dan lain sebagainya. Pengawetan
hijauan merupakan bagian dari sistem produksi ternak.
Pengawetan hijauan dengan pembuatan
silase bertujuan agar pemberian hijauan sebagai pakan ternak dapat berlangsung
secara merata sepanjang tahun, untuk mengatasi kekurangan pakan di musim
paceklik harus dilaksanakan pengawetan. Tanaman mempunyai kecepatan tumbuh yang
besar di musim penghujan, jadi ketersediaan hijauan ataupun limbah hasil
pertanian pada musim tersebut akan berlimpah (jerami padi, limbahn tanaman
jagung, kacang-kacangan). Fungsi pengawetan akan tercapai bila setelah hijauan
ataupun limbah pertanian dipanen segera dilakukan pencacahan baik dengan golok
atau chopper rumput (Darmawan, 2006), karena menurut Suliantri (1975) hal
ini merupakan upaya agar proses respirasi yang terjadi pada sel tanaman segera
terputus dan berhenti. Tujuannya adalah agar kandungan air hijauan dapat
mencapai titik dimana aktivitas air dalam sel tanaman dapat mencegah
perkembangan mikroba (Parakkasi, 1995). Menurut Stanbury (1984) pengawetan
tersebut akan berdampak pada keadaan fisik serta komposisi kimia hijauan
tersebut antara lain dengan kehilangan sebagian dari zat makanan (gizi
tanaman/nutrien) yang nantinya akan berdampak pada nilai
nutrisi hijauan tersebut.
Prinsip pembuatan silase yaitu usaha
untuk mencapai dan mempercepat :
·
Keadaan hampa udara
(anaerob).
·
Terbentuk suasana asam
dalam penyimpanan (terbentuk asam laktat).
Untuk
mendapatkan suasana anaerob dikerjakan dengan cara :
·
Pemadatan bahan silase
(hijauan) yang telah dicacah dengan cara
·
ditekan, baik dengan
menggunakan alat atau diinjak-injak sehingga udara
·
sekecil mungkin
(minimal).
·
Tempat penyimpanan
(silo) jangan ada kebocoran dan harus tertutup rapat yang diberi pemberat.
·
Pembentukan suasana
asam dilakukan dengan cara penambahan bahan pengawet atau bahan imbuhan (additif)
secara langsung dan tidak langsung. Menurut Susetyo (1969), pemberian bahan
pengawet secara langsung dengan menggunakan:
·
Natrium bisulfat
·
Sulfur oxida
·
Asam chlorida
·
Asam sulfat
·
Asam propionat.
Berikut ini adalah alat dan bahan yang digunakan untuk
pembuatan fermentasi gedebok pisang :
Ø Alat :
·
Parang / Golok
·
Ember / Bak ukuran besar
·
Gayung
·
Alas Terpal
·
Drum plastik
|
Ø Bahan-bahan
:
·
15 Kg
Gedebok (tercacah)
·
1 sendok
gula pasir
·
1 Sachet
kecap manis
·
1 tutup
botol SOC (Suplement Organik Cair)
·
5 Kg Bekatul
|
Pembuatan fermentasi gedebok pisang dimulai dengan
memotong kecil-kecil gedebog pisang agar kambing dapat memakan dan mencerna
lebih mudah, selanjutnya kumpulkan jadi satu di plastik/terpal dan aduk rata
dengan bekatul. Tuangkan dan campuran larutan SOC 1 tutup botol, 1 sachet kecap
manis, dan 1 sendok makan gula pasir ke dalam wadah plastik
aduk hingga rata. Tuangkan larutan SOC yang telah diaduk rata dengan bahan
lainnya ke dalam campuran gedebog dan bekatul. Masukan semua campuran gedebog
pisang, bekatul/dedak yang telah dituang larutan SOC, kecap,dan gula pasir ke
dalam ember besar/wadah plastik dan tutup rapat ember besar/wadah
plastiknya. Proses fermentasi paling cepat 2 jam sampai 4 jam. setelah melalui
proses fermentasi maka gedebog pisang siap diberikan ke kambing sebagai pakan
ternak.
3.3Total Pengeluaran Pembuatan Fermentasi Gedebog:
No
|
Nama alat dan bahan
|
jumlah
|
Harga
|
Bertahan
|
1
|
Parang
/ Golok
|
1
|
Rp .3000
|
2th
|
2
|
Ember / Bak ukuran besar
|
1
|
Rp. 15.000
|
2th
|
3
|
Gayung
|
1
|
Rp.3.000
|
2th
|
4
|
Alas
Terpal
|
1
|
Rp.20000
|
2th
|
5
|
Drum plastik
|
1
|
Rp.20000
|
2th
|
6
|
Gedebok (tercacah)
|
15kg
|
Rp.3.750
|
1x proses
|
7
|
gula
pasir
|
1 sendok
|
Rp.200
|
1x proses
|
8
|
1
Sachet kecap manis
|
1 sachet
|
Rp.2000
|
1x proses
|
9
|
SOC
(Suplement Organik Cair)
|
1 tutup botol
|
Rp.2000
|
1x proses
|
10
|
Bekatul
|
5kg bekatul
|
Rp.11.250
|
1x proses
|
Total
|
|
|
Rp.43.215,-
|
|
MANFAAT
PAKAN HASIL FERMENTASI BASAH
- Pakan hasil fermentasi akan lebih mudah dicerna
sehingga penyerapan nutrisi bisa optimal
- Dengan pola ini, kebutuhan nutrisi dalam pakan sudah
terpenuhi sehingga pertumbuhan ternak akan lebih cepat dibandingkan dengan
diberi pakan biasa (rumput), biasanya pertumbuhan 2 – 4 kali meningkat
dibandingkan pakan biasa. Rata-rata 2,5 – 14 kg/minggu, sedangkan tanpa
SOC rata-rata 2,5 kg/bulan.
- Daging ternak tidak banyak mengandung lemak karena
komposisi pakan sudah ideal
- Nutrisi pakan berupa vitamin tercukupi dengan adanya
kandungan SOC HCS dalam
pakan
- Limbah kotoran ternak tidak bau seperti kalau diberi
pakan biasa. Dengan demikian lingkungan akan tetap sehat. Silahkan
bandingkan….
- Menghilangkan kebiasaan mencari rumput atau ngarit dan
angon.
3.4 Media Penyuluhan
Media
yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah media presentasi. Media presentasi
ini digunakan untuk menjelaskan secara teoritis bagaimana pembuatan silase dari
gedebok pisang, dan selanjutnya dilakukan demonstrasi pembuatan silase dari
gedebok pisang. Demonstrasi ini bertujuan untuk menunjukkan bagaimana cara yang
benar dalam pembuatan silase dari gedebok pisang sesuai dengan teori yang telah
dijelaskan sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ginting, S.P. 2009.
Prospek Penggunaan Pakan Komplit pada Kambing: Tinjauan Manfaat dan Prospek
Bentuk Fisik Pakan serta Respon Ternak. Lokal Penelitian Kambing Potong.
Sumatra Utara.
Darmawan. 2006. Pengaruh
Kulit Umbi Ketela Pohon Fermentasi terhadap Tampilan kambing kacang Jantan.
Jurnal Ilmiah Ilmu – Ilmu Peternakan Vol IX.(2).
Mansyur dan T. Dhalika,
2005. Analisis Vegetasi Hijauan Kebun Pisang. Jurnal Ilmu Ternak. 5
(2) : 22 – 27.
Mansyur dkk,. 2007. Produktivitas
Rumput Bede (Brachiaria ducumben) di bawah Naungan Perkebunan Pisang. Jurnal
Ilmiah Ilmu Peternakan. X (2) Mei 2007. Hal 70-76.
Nurhayani H.Muhiddin, Nuryati Juli dan I Nyoman
P Aryantha,(2000) ”Peningkatan Kandungan Protein Kulit Umbi Ubi Kayu Melalui
Proses Fermentasi ”JMS vol 6.
Suliantri dan Rahayu , 1975. Teknologi
Fermentasi Umbi dan Biji. Kanisius Yogyakarta
Parakkasi, A. 1995. Ilmu Nutrisi dan Makanan
Ternak Ruminansia. UI Press. Jakarta.
P.F Stanbury, A. Whitaker dan S.J Hall, (1984) ” Principle of Fermentation Technology” Second Edition ,
Butterworth-Heinemann.
Rukmana H.rahmat, 1997. Ubi Kayu Budi
Daya dan pascapanen. Kanisus Yogyakarta.
Susetyo, S., I. Kismono., D. Soewardi. 1969.
Hijauan Makanan Ternak. Direktorat Jenderal Peternakan,
Jakarta.http://duniaternak.com/mahasiswa-ugm-latih-cara-buat-pakan-ternak-dari-gedebok-pisang/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar